Source : https://img.bisnis.com/posts/2017/07/06/668990/grafik-pasar-otomotif-asean-bloomberg.jpg

 

Menteri Perindustrian (Menperin), Airlangga Hartarto, menyebut otomotif jadi salah satu sektor industri yang paling digeber pertumbuhannya. Namun peringkat Indonesia masih berada di bawah Thailand.

"Indonesia jadi ASEAN Hub Automotive. Itu jadi Detroitnya otomotif ada di Indonesia. Nah salah satunya dengan pendalaman struktur, saingan terdekat kita kan Thailand," kata Airlangga di kantornya, Jakarta, Kamis (9/2/2017).

Airlangga menyatakan bahwa roadmap menjadikan Indonesia jadi pusat industri otomotif sudah dibuat, salah satunya dengan meningkatkan kapasitas produksi baja dan pendukung lainnya.

"Komponen utama mobil kan besi dan resin. Baja roadmap 10 juta ton, resin sudah bisa dipakai, kapasitasnya 160.000 ton," kata Airlangga.

Diungkapkannya, pasar otomotif di luar negeri juga sebenarnya masih sangat besar, seperti Australia yang industri otomotifnya tengah lesu dalam beberapa tahun terakhir.

"Kita dorong ke pasar Australia, di sana industri mobilnya kan sudah banyak yang nyerah, pabrik mereka pada tutup. Ini opportunity kita masuk ke sana. Bedanya industri mobil kita banyak sedan . Kompetitor yang direct ke sana kan Thailand. Pabrik mereka, Holden, sedang berencana pindahkan pabriknya, mau di Indonesia atau di Thailand," ujar Airlangga.

Salah satu yang menyebabkan Thailand selalu mengungguli pasar industri otomotif adalah karena tidak bertumpu pada satu model saja. Hal ini seperti yang dikatakan oleh Jonkie, Ketua Gaikindo.

”Mereka memiliki angka produksi dan ekspor yang jauh mengungguli kita. Itu karena mereka tidak bertumpu pada satu model, tapi mengembangkan banyak model,” ujar Ketua Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Jongkie D. Sugiarto, Selasa (16/1/2018).

Sementara Indonesia, lanjut Jongkie, hanya bertumpu pada model multi purpose vehicle (MPV) . Dengan begitu, Indonesia tak cukup punya daya tawar yang kuat untuk penetrasi ke pasar internasional yang lebih menyukai model sedan dan double cabin.

”Kenapa pelaku malas mengembangkan sedan? Karena pajaknya masih sangat mahal. Sehingga market-nya pun semakin mengecil,” ujar Jongkie.

Selama ini, Gaikindo selalu merekomendasikan kepada pemerintah untuk mempertimbangkan penurunan pajak sedan. Harapannya, sedan dikenai pajak yang tak jauh berbeda dengan MPV supaya market domestik juga tertarik.

Gaikindo berharap tahun ini sejumlah faktor pendorong dapat menggerakkan industri otomotif dengan lebih pesat.